Sebuah tanda, menanda semua ...
Bagaimana bisa?
Tinju dapat dikepalkan sebagai penolakan,
Umpatan dan segala sebut
Buatnya yang dirundung nasib
Sangat mudah ditambahkan
Bicara tidak selalu mudah
Saat durjana bibir berangan mampu tanpa menyulut taut dendam mendaratkan sebut...
Matamu melihat pilihan terbaik buatmu tidak selalu pertama tamak lalu memilih yang terbesarnya nilai bilangan bagi pemula...
Memandang sekali pada satu perubahan, haruskah menguliti dada kerempeng yang kedinginan dipinggir comberan
Kini semakin lirih salsa penabuh ruang yang meriangkan gadis -gadis dahulu, tetap dijadikan ritme lenggak-lenggoknya dengan tuntunan kekinian pemilik otot belia
Adab dalam kesabaran mencoba semakin dirasakan yang ikut dalam bersamanya langkah berirama sambil memaksa dirinya sendiri punya kemampuan tersenyum merasakan tarikan otot-otot agar tetap memiliki elastisitas ;
Sebuah kedatangan bukan sebagai pemaksaan
Sapaannya tiada lain sebagai sebuah pertanda saja, agar semakin mengenali adanya kemungkinan bertambahnya pilihan
Tiada perlu pula menjawab setiap tanya dengan setumpuk urai hingga menggunungnya penjelasan yang akan dapat meresahkan banyak orang
Ketika kepergiannya tidak kemana-mana kecuali mendekatimu, haruskah andai dijadikan momentum memuaskan menambah timbunan atau tempat tumpahan prasangka yang memutar balikkan kebaikan menjadi kosong pikiran dalam kebingungan
Semua ini tidak mengatakan seutuhnya kalau engkau tidak mampu membaca, apalagi malas mengingat karena tanpa ada paksaan kerelaan mata yang merayap hingga pada huruf-huruf ini pastilah pada satu ujung fase penggalian yang dapat melebihi dalamnya galianmu akan rumitnya rumus hitungan untuk sampai pada keuntungan maksimal ;
Fase pencarian akan fakta jauh yang tergambar dekat dengan matamu juga mata kita dan suaranya masih dalam jangkau telinga, $isanya pertanda lain pun seolah datang dan menghilang seperti bintang malam, ... ia tidak tampak, ia juga tidak hilang .
...
No comments:
Post a Comment